anak

Storytelling atau bercerita atau mendongeng merupakan kegiatan yang telah ada semenjak manusia ada. Storytelling juga yang membuat manusia punya sejarah. Dampak positif dari mendongeng atau storytelling begitu besar dalam kehidupan manusia dan merupakan cara paling efektif untuk seseorang memahami dirinya serta lingkungannya.

Storytelling berbeda dengan story reading. Storytelling dilakukan tanpa menggunakan buku atau skrip lainnya. Storyteller atau pendongeng akan mengingat cerita tersebut kemudian menceritakannya kepada pendengar.

Kemampuan Literasi

pexels.com

Mendongeng pada anak memberikan berbagai dampak positif terhadap kemampuan literasinya. Berdasarkan penelitian Denise E.Agosto, ada 4 aspek yang mengalami peningkatan dengan adanya kegiatan mendongeng yakni:

1. Kemampuan Visualisasi

Anak terlatih untuk memvisualisasikan cerita saat orang tua mendongeng. Visualisasi adalah kemampuan untuk menggambarkan suatu cerita atau informasi tertulis lainnya. Merupakan salah satu fondasi dari kemampuan literasi dan membantu pendengar membayangkan suasana lingkungan cerita sembari mendengarkan.

2. Cognitive Engagement

Kondisi dimana seseorang menaruh usaha yang besar untuk belajar akan sesuatu, mengerti dan ingin ikut serta dalam bahasan yang sedang terjadi. Jika anak memiliki cognitive engagement yang tinggi, mereka akan berusaha memahami karakter yang diceritakan. Mereka pun dapat membayangkan diri mereka menjadi bagian dari cerita tersebut. Bahkan mereka dapat membuat cabang alternatif dari cerita tersebut dengan diri mereka di dalamnya.

3. Critical Thinking

Selain kemampuan menerjemahkan dan memahami isi cerita, critical thinking atau berpikir kritis juga merupakan salah fondasi penting dari kemampuan literasi yang mengalami peningkatan. Skill berpikir kritis membuat sang anak mampu mempertanyakan sesuatu yang tidak dimengertinya agar dapat ia mengerti dan tidak hanya menerimanya begitu saja.

4. Kemampuan Mengurutkan Cerita

Aspek terakhir yakni kemampuan untuk mengurutkan cerita. Merupakan skill yang penting untuk memahami kronologis sebuah cerita.

Aspek Psikologis

pexels.com

storytelling membantu anak meningkatkan kreativitas mereka menemukan jalan keluar saat mengalami masalah. Anak juga dapat paham mengenai konsep baik dan buruk lewat cerita. Selain itu mereka juga diajarkan konsekuensi untuk berusaha agar mendapat hasil yang diinginkan layaknya pahlawan yang tengah berpetualang. Anak-anak yang terbiasa menerima cerita fiksi juga lebih mudah memahami orang lain. Mereka lebih mudah untuk berempati dan memahami bahwa setiap orang punya pemikiran yang berbeda-beda.

Kegiatan Pasca Mendongeng

Orang tua juga disarankan melakukan aktivitas pasca mendongeng yang dapat meningkatkan literasi anak lebih baik lagi. Berikut beberapa kegiatan tersebut:

  1. Memberikan pertanyaaan terbuka mengenai cerita. Contohnya : “kira-kira apa yang terjadi ya pada tokoh X setelah cerita tadi berakhir?”
  2. Lakukan pendekatan personal agar sang anak dapat menghubungkan kehidupan mereka dengan cerita yang tengah diceritakan. Misalnya, tanyakan “bagian mana dari cerita tadi yang kamu suka? Kenapa?”, atau “apakah kamu pernah mengalami kejadian di cerita tadi?”
  3. Minta mereka melakukan reenactment atau berakting mengulangi bagian tertentu dari cerita setelah sesi mendongeng selesai. Anak senang mengulangi bagian yang mereka suka dan reenactment juga membantu mereka memahami lebih baik isi cerita tersebut.
  4. Hubungkan cerita yang didongengkan dengan buku cerita lain yang dapat mereka baca untuk meningkatkan daya cerna serta refleksi diri mereka.
  5. Hubungkan cerita yang didongengkan dengan cerita lain untuk meningkatkan skill critical thinking mereka.
  6. Minta mereka membuat gambar dari cerita yang mereka dengar untuk meningkatkan skill visualisasi mereka.

Bercerita atau mendongeng akan selalu menjadi kegiatan belajar yang ideal untuk anak. Dalam era digital sekalipun, storytelling terbukti tetap menjadi hal vital dalam metode belajar. Oleh karena itu, orang tua disarankan untuk mendongengkan cerita pada anak mereka.

 

 

 

 

Sumber:

Agosto, D.E. (2016). Why Storytelling Matters. Children and Libraries 14(2):21

BBC. (2021). Why is storytelling important to children. https://www.bbc.co.uk/teach/why-is-storytelling-important-to-children/ (diakses pada 9 April 2021)

Rotgans, J.I., dan Henk G. Schmidt. (2011). Cognitive engagement in the problem-based learning classroom. Adv Health Sci Educ Theory Pract. 2011; 16(4): 465–479.

Write a comment:

*

Your email address will not be published.

© 2022 - RS Delima Asih support by PT. PMI

Telepon Kami       (0267) 403 073